Teknik mengemudi dan psikologi pengendara motor sangat berkaitan erat. Dalam konsep Astra Honda Safety Riding Promotion, psikologi berkendara bisa mempengaruhi perilaku atau attitude dan juga teknik alias tactic.
Dalam kondisi psikologi tidak stabil, misalnya marah atau emosional, gaya berkendara pasti tidak karuan. Teknik berkendara sembrono alias tidak efisien.
Selain tidak safety, berkendara dalam keadaan seperti itu akan berimbas terhadap konsumsi bahan bakar. Pokoknya banyak ruginya.
Berkendara seperti apa saja yang bisa dipengaruhi kondisi jiwa labil. Pertama, atur bukaan gas yang tidak benar.
Semakin besar bukaan gas artinya semakin banyak asupan bensin ke karburator. Pastinya, konsumsi bahan bakar akan meningkat drastis dibanding saat motor dalam kondisi berkendara sesuai putaran gas dan persneling.
Sama seperti mengatur putaran mesin, semakin tinggi putaran mesin maka semakin banyak bahan bakar yang tersedot.
Prilaku lainnya yakni sering memindahkan persneling. Hal ini karena, dalam kondisi emosi gerakan tidak terkontrol. “Posisi gigi yang tepat di kecepatan yang tepat dan putaran mesin yang tepat adalah kunci hemat BBM,” jelas Anggono Iriawan, Manager Safety riding AHM.
Bila putaran mesin tinggi menggunakan gigi rendah, di samping tidak nyaman hal ini juga menyebabkan pemborosan BBM. Sama persis dengan putaran mesin rendah, dalam posisi gigi tinggi.
Kemudian, karena terburu-buru, tanpa sengaja, pengendara buka gas maksimal. Mesin menjerit. Sering kejadian karena terburu-buru, begitu lihat lampu hijau, gas digeber. “Bikin mesin cepat rusak juga boros,” pesan Anggono.
Dalam kondisi seperti itu, pengendara pasti terpancing ikut ngetrek. Dipotong oleh pihak lawan, pasti akan berusaha mengejar sampai dapat.
Ridwan Z. Syaaf, dosen psikologi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia pernah bilang kalau kecelakaan dalam berkendara lebih banyak disebabkan bukan faktor teknis. “Tapi non teknis. Seperti melanggar lalu lintas. Juga kondisi mental berkendara yang buruk,” paparnya.
Pengendara, tambah Ridwan, harus memahami bahwa berkendara dengan kondisi yang labil menjadi awal dari petaka. “Jangan bawa motor dalam keadaan marah,” bilangnya.
Karena itu, penting sekali untuk pengendara mempersiapkan bukan saja fisik dalam berkendara. Namun juga mental.
Penulis/Foto : Kiki/BARKER, kibul |
0 komentar:
Posting Komentar