Waduh senangnya bisa memperkosa.
Reformasi memperkosa otonomi. Otonomi memperkosa birokrasi. Birokrasi memperkosa retribusi. Retribusi memperkosa pejabat negara. Pejabat negara memperkosa Pak polisi. Pak polisi memperkosa mahasiswa. Mahasiswa memperkosa demonstrasi. Demonstrasi memperkosa tentara. Tentara memperkosa semuanya.
Hebat kan?
Waduh senangnya bisa memperkosa.
Pendidikan memperkosa Pak guru. Pak guru memperkosa buku-buku. Buku-buku memperkosa para siswa. Para siswa memperkosa lantai plaza, gedung bioskop, lampu diskotik, rumah pelacuran, meja bilyar, sambil asyik rame-rame menghisap ganja.
Hebat kan?
Waduh senangnya bisa diperkosa.
Petani diperkosa pupuk kimia. Pupuk kimia diperkosa pengusaha. Pengusaha diperkosa penguasa. Penguasa diperkosa aksi massa.
Hebat kan?
Undang-undang diperkosa anggota DPR. Anggota DPR diperkosa krisis moneter. Krisis moneter diperkosa Amerika. Amerika diperkosa kapitalnya.
Waduh senangnya bisa diperkosa.
Kaum buruh diperkosa biaya rumah tangga. Biaya rumah tangga diperkosa kenaikan harga. Kenaikan harga diperkosa perhitungan laba. Perhitungan laba diperkosa cadangan devisa. Cadangan devisa diperkosa target ekspor. Target ekspor diperkosa bahan impor. Bahan impor diperkosa pasar dunia. Pasar dunia diperkosa negara-negara utara.
Hebat kan?
Ayo, ayo, silahkan memperkosa.
Para hakim boleh memperkosa hukum negara. Hukum negara boleh diperkosa para jaksa. Para jaksa boleh memperkosa semua tersangka. Semua tersangka boleh diperkosa pengacara. Pengacara boleh memperkosa uang tersangka. Uang tersangka boleh diperkosa oleh hakim, jaksa, polisi, hingga pejabat negara. Di negeri kami, pemerkosaan sudah jadi budaya.
Hebat kan?
Waduh enaknya punya bangsa yang suka memperkosa.
0 komentar:
Posting Komentar